Selasa, 10 Agustus 2010
Jakarta - Persebaya sudah dinyatakan kalah WO karena menolak bertanding melawan Persik Kediri di Palembang hari Minggu lalu. Merasa dizalimi, mereka ngotot meminta kemenangan WO tersebut.
Persebaya tak hadir di laga tunda kontra lawan Persik di Gelora Sriwijaya, Jakabaring, Palembang, Minggu (8/8/2010) lalu. Persik dinyatakan menang WO 3-0, dan akibatnya kedua tim terderadasi ke Divisi Utama, kalah angka dari Pelita Jaya yang berhak mengikuti playoff melawan Persiram Rajaampat.
Selama ini Persebaya merasa dirugikan oleh keputusan berubah-ubah otoritas Liga. Komisi Disiplin (Komdis) PSSI pernah menyatakan 'Bajul Ijo' menang walkout 3-0 pada 7 Mei, karena Persik dianggap tak bisa menggelar pertandingan yang seyogyanya diadakan pada 29 April.
Persik lalu naik banding dan mereka mendapatkannya. Mereka kemudian tidak berhasil pula menggelar partai di tanggal 5 Agustus, tapi Liga memutuskan menundanya, sampai kemudian mengambil keputusan menjadwalkannya di Palembang.
"Kalau pada akhirnya PT Liga memindahkan laga ke Palembang, menurut kami itu merupakan tindakan penzaliman kepada Persebaya. Dan kami menduga bahwa telah terjadi intervensi kepada PT Liga Indonesia untuk memaksakan tanding ulang itu," ujar manajer Persebaya I Gede Widiade kepada wartawan di kantor PSSI, Jakarta, Selasa (10/8) siang WIB.
Gede pun langsung mengajukan pengaduan pada Komdis terkait kasus ini dan meminta Hinca Panjaitan cs menggelar sidang, serta memanggil manajemen Persebaya dan Persik untuk meminta keterangan.
"Intinya adalah kami menuntut keadilan dan menganggap laga ulang antara Persik vs Persebaya di Palembang (8 Agustus) adalah tidak sah dan bertentangan dengan manual liga," tegas Gede.
"Maka Persik pun telah gagal menggelar laga di Stadion Brawijaya (5 Agustus) dan harus dinyatakan kalah 0-3 dari Persebaya," sambungnya.
Jika memang akhirnya pengaduan itu dikabulkan, maka hasil laga play off Pelita Jaya kontra Persiram Raja Ampat hari ini di Palembang tak berlaku.
"Ya tidak apa-apa, kita tanding ulang lagi play off-nya. Toh sepakbola kita kan sudah seperti lawakan juga. Memang orang-orang vokal seperti kita tidak boleh ada di Liga Super?" tutup Gede.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar