Senin, 06 Desember 2010

- Cerita Bonek Cari Keadilan di Markas FIFA

Jakarta - Suporter Persebaya Surabaya atau yang lebih dikenal sebagai bonek, menempuh jarak puluhan ribu kilometer menuju markas FIFA di Zurich, Swiss, untuk menggelar sebuah aksi demonstrasi.

Sebanyak lima perwakilan Bonek asli Surabaya dan beberapa wilayah Jawa Timur lain, bergabung dengan Bonek Swiss, dan dibantu beberapa suporter Eropa dari Serbia, mengunjungi markas besar FIFA itu pada Kamis (2/12/2010) lalu, bertepatan dengan pemilihan host Piala Dunia 2018 dan 2022.

"Kami berhasil menyebarkan 50 lembar fotokopi petisi Justice for Indonesian Football kepada sejumlah peserta dan beberapa wartawan asing," kata Doni (perwakilan Bonek)
Para Bonek itu berangkat dengan dana urunan dan donatur dari beberapa simpatisan.

"Kami rencananya berangkat sepuluh orang. Tapi karena kendala teknis dan kesibukan lainnya, termasuk untuk pertandingan pra Liga Primer Indonesia, maka diputuskan yang berangkat hanya lima orang," kata Andie Budi, Bonek yang berlatarbelakang wiraswastawan.

Bonek langsung menuju markas FIFA untuk memberikan informasi tentang kebobrokan sepakbola Indonesia di bawah rezim (Ketua Umum PSSI) Nurdin Halid. "Kami memang berencana dari awal memberikan petisi Justice for Indonesian Football kepada semua delegasi di sana," ujar Andie.

Aksi sejumlah perwakilan Bonek Suporter Surabaya di markas FIFA mencerminkan sebutannya: bondo dan nekat. Mereka sempat membentangkan spanduk bertuliskan Justice for Indonesian Football selama sepuluh menit. Beberapa suporter klub lokal, Lucerne dan FC Zurich, turut membantu membagikan amplop coklat berisi petisi tersebut.

"Acara sangat cepat. Kami tidak bisa bertemu dengan pengurus FIFA. Tapi ada beberapa anggota delegasi negara peserta acara sempat bertanya," tambah Andie. "Kami selalu optimistis. Apapun yang terjadi, karena kami berangkat untuk berjuang demi kebaikan sepakbola nasional, bukan hanya Persebaya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar